Asimilasi Sosial-budaya Etnis Arab di
Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak berabad-abad silam Etnis Arab atau Orang keturunan timur tengah, telah
mendiami Indonesia. Etnis Arab kini menjadi salah satu kelompok besar dimana meskipun
budaya antara Arab dan Indonesia telah bercampur tetapi kekhasannya masih tetap
terjaga. Tujuan kedatangan Etnis Arab ke
Indonesia adalah mencari kemakmuran
dengan berdagang dibarengi dengan
penyebaran agama Islam untuk kalangan pribumi.
Asimilasi yang terjadi diantara Arab dan Indonesia merupakan akibat dari sikap toleransi yang tinggi dari kedua masyarakat. Asimilasi di Batavia (sekarang Jakarta) terjadi karena Jakarta merupakan kota besar sehingga etnis Arab berkumpul dan berdagang di daerah yang ramai pembelinya. Proses tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama dan melahirkan suatu kebudayaan baru yang khas meski ada perubahan kebiasaan dari kebudayaan induknya. Biasanya Bentuk asimilasi kebudayaan ini terjadi karena adanya perkawinan yang dilakukan antar kalangan pribumi dan Arab. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat Jakarta yang mempunyai terbuka dengan adanya budaya luar. Itulah salah satu daya tarik yang membuat orang Arab datang dan mengadu nasib di Indonesia. Corak bahasa dan kebudayaan mereka mulai berbeda dengan budaya Arab. Mereka juga membentuk kosa kata Bahasa Indonesia dengan campuran aksen Arab yang khas, terkadang keturunan campuran ini tidak dapat menggunakan bahasa induknya yaitu Arab. Mereka senantiasa menggunakan Bahasa Indonesia dengan kosakata Arab yang disisipkan pada bagian kata tertentu. Hanya sedikit dari mereka yang masih mempergunakan bahasa ibunya di Indonesia.
Pada bab berikutnya penulis akan memaparkan bagaimana cara bangsa Arab datang ke Indonesia. Dalam bagian tersebut akan dijelaskan tentang nilai-nilai keindahan, cinta kasih, persatuan, harapan, keadilan, pandangan hidup secara menyeluruh dan tentang sejarah dan persebaran penduduk Arab yang mendiami Indonesia dan membentuk sebuah corak masyarakat baru yang khas. Campuran ini berawal dari ketiadaan isteri dari golongan Arab yang berasal dari Hadramaut membuat anak-anak keturunan Arab-Indonesia sedikit banyak mempunyai darah campuran. Percampuran ini secara terus menerus membentuk sebuah pola campuran yang menggabungkan dua kebudayaan menjadi sebuah budaya baru.
Setelah membentuk sebuah corak baru kebudayaan, etnis Arab di Indonesia memiliki hasil asimilasi yang khas sesuai dengan daerah tempat mereka tinggal. Contoh kasus yang ada ialah di Condet, Jakarta, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan betawi dicampur dengan beberapa kosakata Arab dan akses orang Arab. Pada kasus lain di Purwakarta, Jawa barat, mereka mencampur beberapa bahasa sunda dengan kosakata Arab yang umum kita dengar. Kosakata ini lahir karena mereka sesungguhnya tidak dapat berbicara bahasa Arab secara utuh, hanya beberapa kosakata saja yang mampu mereka katakan karena telah mengalami proses asimilasi yang berkelanjutan dari generasi ke generasi. Bentuk asimilasi dari ini akan dijelaskan dalam penulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Kedatangan Bangsa Arab di Indonesia
Masyarakat Arab yang datang ke wilayah Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. Adapun yang berasal dari daerah lain namun tidak banyak jumlahnya seperti yang datang dari Hadramaut. Hadramaut merupakan sebuah daerah yang berada pada garis pantai wilayah Arab Selatan. Orang Hadramaut datang ke wilayah nusantara dan yang nanti menjadi Indonesia baru pada abad ke-18, mereka baru membentuk sebuah koloni besar di nusantara pada abad setelahnya. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua.
Masyarakat Arab yang datang ke wilayah Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. Adapun yang berasal dari daerah lain namun tidak banyak jumlahnya seperti yang datang dari Hadramaut. Hadramaut merupakan sebuah daerah yang berada pada garis pantai wilayah Arab Selatan. Orang Hadramaut datang ke wilayah nusantara dan yang nanti menjadi Indonesia baru pada abad ke-18, mereka baru membentuk sebuah koloni besar di nusantara pada abad setelahnya. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua.
Pada tahun 1870 Terusan Suez mulai dibuka, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia Belanda bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan Tanjung Priok, Batavia mulai dibangun tahun 1877 secara modern, selanjutnya Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), yaitu perusahaan pelayaran Belandamemungkinkan orang Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia-Belanda. Kedatangan mereka secara berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888. Terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia-Belanda secara besar-besaran. Mereka naik kapal api dari Suez dan mereka tidak membawa keluarga sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia-Belanda.
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah,seperti Basyeiban dan Haneman. Namun di Indonesia Marga tersebut jumlahnya masih cukup banyak. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri dua kelompok besar yaitu kelompok Alawi, dan kelompok Qabili. Di Indonesia, kadang-kadang ada yang membedakan antara kelompok Alawiyyin yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh atau Masyaikh yang biasa pula disebut Irsyadi atau pengikut organisasi al-Irsyad.
Orang Arab yang menetap di Indonesia bukan merupakan golongan kelas atas dan kaya di Hadramaut. Golongan kaya tentunya merasa nyaman di daerahnya dan memilih untuk menetap karena sudah mapan. Sama seperti bangsa Eropa, mereka datang ke wilayah baru untuk mencari kehidupan baru yang layak. Orang Arab yang datang ke Indonesia banyak mengambil sektor ekonomi. Mereka menganut sunnah Rasul yang berasal dari pedagang untuk mencari kemakmuran. Di Batavia, koloni Arab memiliki usaha dagang yang kurang maju dibandingkan dengan Etnis Tionghoa. Khusus bagi koloni Arab yang telah datang ke Batavia, merupakan koloni yang terbesar di Hindia-Belanda. Pada abad ke-19 koloni Arab di Indonesia sudah sangat ramai dan penuh, sehingga pemerintah kolonial segera membuat kebijakan pada koloni tersebut untuk segera memilih pemimpin koloni. Sebelumnya, wilayah koloni etnis Arab di Indonesia adalah wilayah orang-orang Melayu, namun lama kelamaan karena orang Arab berkembang dan datang secara terus menerus membuat wilayah ini secara keseluruhan ditinggali oleh etnis Arab.
Kebanyakan etnis Arab yang telah berinteraksi langsung dengan golongan pribumi lahir di wilayah Indonesia. Keadaan tersebut membuat pergaulan antara golongan Pribumi dan golongan Arab terjadi secara terus menerus. Pada era selanjutnya, secara otomatis akan menjadikan mereka terintegrasi atau tergabung dalam masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Proses asimilasi yang terjadi secara intensif akibat dari sikap tolerasni atara kedua kebudayaan tersebut. Fenomena tersebut dapat terlihat pada contoh kasus di Jakarta. Pada daerah Ibukota ini terdapat banyak daerah yang masyarakatnya berasal dari etnis Arab.
Proses Asimilasi
Asimilasi terjadi jika ada kedua masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda, saling berinteraksi dan bergaul secara intensif untuk waktu yang cukup lama sehingga kedua kebudayaan yang tadi saling berinteraksi menjadi berubah sifatnya dan menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Golongan yang tercampur dalam asimilasi ini biasanya adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Pada kasus ini, golongan minoritas adalah Etnis Arab yang bermukim di Indonesia dan golongan mayoritas merupakan masyarakat Indonesia atau pribumi.Asimilasi tersebut didukung oleh beberapa faktor.
Asimilasi sebagai proses
sosialisasi antara etnis Arab dengan pribumi akan berjalan baik jika antara dua
komunitas tersebut memiliki faktor-faktor yang mendukung asimilasi. Faktor
tersebut adalah adanya sikap toleransi budaya, perkawinan campuran, dan adanya
kesamaan agama. Faktor tersebut merupakan pendukung terjadinya etnis Arab campuran yang
mendiami beberapa wilayah di Indonesia.
Faktor pertama adalah adanya toleransi
budaya atau sikap saling menghargai adat-istiadat seperti berbahasa, cara
membuat makanan, dan cara berpakaian menjadi faktor yang memudahkan terjadinya
proses asimilasi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Jakarta
khususnya Betawi.
Faktor yang kedua adalah perkawinan campuran, yaitu perkawinan yang terjadi
antara masyarakat keturunan Arab campuran dengan masyarakat Jakarta. Sikap
saling menghargai atau menerima etnis yang berbeda dalam sebuah perkawinan
tentu akan sangat memudahkan terjadinya asimilasi. Karena telah berinteraksi
lama, masyarakat Arab dan masyarakat Betawi seperti melebur menjadi sebuah
kebudayaan baru.
Faktor ketiga adalah kesamaan agama. Dalam kehidupan sehari-hari faktor agama menjadi suatu hal yang sangat penting menjadi pendorong terwujudnya asimilasi sosial yang baik. Adanya nilai, ajaran etika sosial, dan perilaku keagamaan yang dimiliki oleh individu bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara keturunan Arab dengan masyarakat Betawi. Adanya agama yang seragam menghilangkan perbedaan antara mereka bagi segi etnis maupun budaya yang memiliki latar belakang yang berbeda. Sesungguhnya, Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia yang memeluk agama Islam adalah bersaudara berdasarkan agama sehingga mereka merasa memiliki ikatan tidak langsung dari agama tersebut.
Bentuk Asimilasi Sosial-Budaya
Di Indonesia, konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan masalah perkawinan antar golongan etnis. Proses asimilasi keturunan Arab di Indonesia merupakan proses sosialisasi mereka untuk mengidentifikasi jatidiri mereka sebagai sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Keturunan Arab di Condet sebagai contoh, kita akan melihat sistem sosial-budaya mereka sebagai suatu bentuk dari asimilasi. Ciri yang terlihat adalah jika seseorang bertamu, maka kita harus menghabiskan makanan dan masuk jika diijinkan oleh sang tuan rumah, hal ini merupakam budaya Arab yang diadopsi melalui etnis Arab di Indonesia. Hal tersebut merupakan bagian kecil dari bentuk asimilasi yang terjadi, selanjutnya dijabarkan beberapa contoh dari asimilasi secara lengkap.
1) Ciri Fisik dan Bahasa
Ciri lain dari Asimilasi tersebut adalah ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit yang membedakan dengan etnis lain. Bahasa yang mereka gunakan juga memiliki sebuah kosakata yang khas sebagai sarana komunikasi. Cara mereka berkomunikasi mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen campuran. Sebagian besar masyarakat Arab yang telah bercampur dengang masyarakat Indonesia tidak menguasai bahasa Arab secara utuh, mereka hanya dapat mengemukakan beberapa kosakata yang umum digunakan oleh para orangtuanya. Hal ini disebabkan karena dari orangtua mereka juga tidak dapat berbicara bahasa Arab dan proses ini telah berlangsung sejak lama.
Salah satu ciri khas dari orang Arab adalah dari segi bahasa, namun karena sudah terjadi asimilasi dengan masyarakat Betawi, orang Arab ini perlahan-lahan meninggalkan bahasa Arab dan memilih bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa mereka, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab, dengan komposisi bahas Indonesia yang mayoritas.
Pengaruh bahasa nampaknya sangat terlihat dan membedakan Etnis Arab di Indonesia dengan orang Arab asli. Percampuran banyak terjadi dan membentuk sebuah kosakata baru yang unik. Berdasarkan sumber yang ditemukan, kosakata-kosakata tersebut sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari dan umum. Bentuk asimilasi tersebut adalah campuran dari bahasa Indonesia dan Arab.
Berikut ini adalah beberapa cuplikan percakapan sebagai contoh campur kode yang memuat kosakata-kosakata:
Panggilan untuk anggota keluarga
A. X: “Datang ke sini sama siapa?”
Y: “Sama Njid” (Kakek)
B. X: “Mana Waliduk?” (Ayah)
Y: “Ada entu di Bait” (rumah)
Cuplikan percakapan di atas merupakan sebagian kecil dari contoh kosakata dan percakapan dari Etnis Arab di Jakarta. Mereka pada umumnya mencampurkan bahasa Indonesia, Betawi, dan Arab sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Berdasarkan contoh di atas, terlihat campuran bahasa dari dialek yang khas. Sebagian besarkata tersebut berbahasa Indonesia, namun terdapat campuran kata dari Arab sebagai sebuah kebiasaan dan mereka yang menggunakan sudah menjadi bahasa sehari-hari dan memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
2) Perkawinan
Bentuk asimilasi melalui budaya dapat terlihat dari prosesi perkawinan. Jika keturunan Arab itu perempuan, pria yang harus menikahinya adalah laki-laki keturunan Arab namun jika keturunan Arab tersebut adalah laki-laki, wanita yang harus dinikahinya boleh dari masyarakat pribumi atau etnis Arab keturunan. Tambahan asimiliasi terdapat pada adanya malam pacar, yaitu malam sebelum akad nikah calon pengantin perempuan melakukan tradisi yang biasa dilakukan. Tradisi tersebut adalah memasang pacar di kuku calon pengantin perempuan yang dilakukan oleh kerabat ataupun teman dekat. Kemudian terdapat sebuah tarian yaitu Tarian Syamar yang merupakan tarian orang Arab yang dilakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan, mereka biasanya menari diikuti irama gendang yang ditabuh oleh masyarakat Arab maupun Betawi. Musik marawis juga tidak luput dari acara resepsi tersebut sebagai peramai dan pelengkap acara. Cara berpakaian pengantin juga mengadopsi gaya Arab dengan memakai jubah panjang. Makanan yang disajikan juga beragam, ada yang merupakan makanan khas Arab adapula yang menyajikan makanan khas Betawi.
3) Agama
Salah satu kegiatan yang masih membudaya antara keturunan arab dan masyarakat Betawi adalah kegiatan keagamaan yang masing-masing saling mengamalkan ilmu agamanya sebagai bentuk kerjasama dalam mensyiarkan ajaran Islam di lingkungan masyarakat setempat. Berbeda dengan para leluhurnya, tujuan etnis Arab sudah mengalami banyak perkembangan. Sebelumnya mereka hanya mencari kemakmuran dan pindah dari daerah asalanya, namun sekarang tujuan mensyiarkan agama muncul karena mereka dipercaya dekat secara darah dengan Arab yang idientik dengan daerah suci.
Faktor agama nampaknya menjadi faktor yang paling kuat mempengaruhi asimilasi. Dengan adanya kesatuan dan kegiatan keagamaan yang sama dapat mewujudkan suatu persatuan dan kesatuan antara etnis Arab dan masyarakat Betawi. Akhirnya, etnis Arab yang sudah diindonesiakan muncul, mereka membentuk sebuah keunikan dan komunitas yang berbeda dengan orang Arab asli dan orang Indonesia asli.Asimilasi terjadi dalam bentuk yang sangat nyata. Dalam kasus ini etnis Arab di Indonesia menjadi seutuhnya masyarakat Indonesia yang khas dan memiliki corak baru. Asimilasi sosial-budaya ini merupakan sebuah campuran yang membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut adalah akibat agama yang sama dan bercampur dari tata cara pelaksanaannya.
BAB III
KESIMPULAN
Interaksi antara etnis Arab dan masyarakat pribumi terjadi dalam kurun waktu yang lama. Secara langsung maupun tidak langsung hal ini membuat kebudayaan mereka telah bercampur. Masyarakat pribumi yang tinggalnya berdekatan dengan orang-orang Arab, memiliki interaksi yang cukup baik sehinggga berdampak pada asimilasi era berikutnya.
Banyak diantara etnis Arab yang tidak memiliki anak serta istri melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi sehingga lahirlah keturunan etnis Arab campuran. Oleh karena itu mereka mulai meninggalkan budaya aslinya.
Asimilasi ini terjadi tidak hanya karena faktor perkawinan saja, namun kesamaan agama juga mempengaruhi proses asimilasi. Selain itu juga kuatnya toleransi antar etnis di Indonesia menjadi jalan terbentuknya proses asimilasi.
Di Condet, banyak keturunan Arab yang telah menikah dengan masyarakat pribumi terutama Betawi. Hal ini dilihat dari segi fisiologisnya. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan gaya bicara yang khas karena mereka tidak dapat menggunakan bahsa Arab secara utuh. Dari penjelasan tersebut jelas terdapat nilai-nilai seperti keindahan, kasih sayang, dan harapan yang meskipun latar belakang budaya mereka berbeda tetapi bisa saling menerima dengan harapan terciptanya kedamaian, keadilan dan tenggang rasa yang tinggi.
Daftar Pustaka
Buku:
Koentjaraningrat. 1990.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.Selo Soemardjan. 1988.
Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial.
Jakarta:Pustaka Grafika Kita.Van Den Berg, L.W.G. 2010.
Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:Komunitas Bambu.
Selo Soemardjan,Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, 2008 (Jakarta: Pustaka Grafika Kita), hlm. 176.L. W. G. Van Den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, 2010(Jakarta: Komunitas Bambu), hlm. 122.Ibid, hlm. 191.Ibid, hlm. 192.Ibid, hlm. 1.Ibid, hlm. 5.Ibid, hlm. 100.Koentjaraningrat,Pengantar Ilmu Antropologi, 1990(Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm. 225.Selo Soemardjan,op. cit. hlm. 197.Titin Widarti, Bahasa dalam Komunitas Arab Condet, Jakarta Timur, (Jakarta: UIN, 2010), hlm. 30. (diakses pada website http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/798/1/94314-Titin%20Widarti-FISIP.pdf. Tanggal 15 Desember 2014 pukul 01.23)L.W.G. Van Den Berg, op.cit., hlm. 214.
Skripsi / Jurnal:Widarti, Titin. 2010. Bahasa dalam Komunitas Arab Condet, Jakarta Timur. Skripsi belum diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri.
Website:http://www.scribd.com/doc/90097658/Bangsa-Arab-Di-Indonesia#force_seo (diakses pada 15 Desember 2014 pukul 22.04)http://sksejarahui.blogspot.co.id/2015/03/asimilasi-sosial-budaya-etnis-arab-di.htm